19 December 2012

KARTU PANTUN SEBAGAI MEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 21 MALANG


KARTU PANTUN SEBAGAI MEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 21 MALANG

Rumy Widyanti *
SMP Negeri 21 Malang
MGMP BAHASA INDONESIA
SMP/ MTs KOTA MALANG


Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan permainan kartu pantun dapat meningkatkan prestasi belajar menyusun pantun siswa kelas VII  SMP Negeri 21 Malang dan ada tidaknya peningkatan prestasi belajar menyusun pantun setelah diterapkan permainan kartu pantun pada siswa kelas VII SMP Negeri 21 Malang. Dengan menggunakan metode PTK yang menggunakan subjek penelitian siswa kelas VII F yang termasuk kelas dengan ragam siswa memiliki kemampuan yang rendah dibanding dengan kelas lainnya. Data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen yang berupa lembar observasi dan lembar tes buatan guru untuk mengukur keberhasilan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa media kartu pantun dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis pantun sesuai dengan syarat-syarat pantun.

Kata kunci: kartu pantun, menulis pantun

            Kemampuan menulis merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat produktif (Dimyati Zuchdi, 1996:62).  Salah satu kompetensi dasar menulis yang terdapat pada kurikulum adalah menulis pantun sesuai dengan syarat-syarat pantun.  Melalui pelajaran tersebut dapat diketahui tentang kecermatan siswa dalam menyusun kalimat pantun sesuai dengan syarat-syarat pantun.  Melalui pembelajaran ini siswa dilatih untuk menyusun pantun sesuai rima yang ditentukan.  Hal itu akan mengembangkan daya imajinasi dan kreatifitas siswa dalam menyusun pantun secara benar.  Keterampilan menulis ini dapat mendorong siswa untuk menghasilkan hasil karya sastra.
            Karya sastra dapat menolong siswa memahami dunia mereka, membentuk sikap-sikap positif dan menyadari hubungan yang manusiawi.  Guru perlu memilih karya sastra bagi siswanya dengan kriteria sesuai kurikulum dan memilih perkembangan yang memadai pada aspek-aspek intrinsik maupun ekstrinsik pada karya sastra. 
Karya sastra secara garis besar berupa prosa, drama, dan puisi. Salah satu bentuk puisi adalah pantun.  Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia,  pantun adalah bentuk puisi Indonesia (Melayu), tiap bait (kuplet) biasanya terdiri atas empat baris yg bersajak (a-b-a-b), tiap larik biasanya terdiri atas empat kata, baris pertama dan baris kedua biasanya untuk tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi.  Pantun merupakan salah satu hasil karya bangsa Indonesia sendiri yang berisi perumpamaan atau ibarat.  Pantun dapat untuk menyatakan segala macam perasaan atau curahan hati, baik menyatakan perasaan senang, sedih, cinta, benci, jenaka, ataupun nasihat agama, adat dan sebagainya.Menurut isinya,  pantun dikenal dengan pantun  nasehat (pantun orang tua), pantun jenaka, dan pantun teka-teki.  (Hidayat, 2004:130).
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan mengenai syarat-syarat pantun. Syarat-syarat menulis pantun sesuai dengan syarat-syarat pantun tersebut adalah (1) tiap bait terdiri dari 4 baris, (2) tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata, (3) sajaknya merupakan sajak berirama, berumus a-b-a-b atau bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga, dan bunyi akhir baris kedua sama dengan bunyi akhir baris keempat, dan (4) kedua baris pertama merupakan sampiran, sedangkan isinya terdapat pada kedua baris terakhir.
Strategi pembelajaran untuk menulis pantun sesuai dengan syarat-syarat pantun yang selama ini diajarkan pada siswa SMP Negeri 21 Malang pada umumnya dan siswa kelas VII pada khususnya masih dirasakan kurang bervariasi.  Selama ini siswa hanya membuat berdasarkan buku atau lembar kerja siswa sehingga minat siswa terhadap kompetensi dasar menulis ini menjadi kurang.
Untuk  meningkatkan kreativitas siswa khususnya pada karya sastra yang berbentuk pantun,  peneliti memberi alternatif  dengan  metode permainan berupa permainan kartu pantun.  Dengan permainan kartu pantun ini diharapkan  suasana pembelajaran menjadi lebih aktif dan menyenangkan. Metode pembelajaran yang selama ini dalam bentuk ceramah membuat siswa selama proses belajar mengajar cenderung merasa bosan sehingga kurang memberikan suasana yang menyenangkan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tujuan yang ingin diperoleh adalah (1) untuk mendeskripsikan penerapan permainan kartu pantunyang dapat meningkatkan prestasi belajar menyusun pantun siswa kelas VII  SMP Negeri 21 Malang dan (2) untuk mendeskripsikan ada tidaknya peningkatan prestasi belajar menyusun pantun setelah diterapkan permainan kartu pantunpada siswa kelas VII SMP Negeri 21 Malang.
Media Pembelajaran Kartu Pantun
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan antara lain gambar, bagan, model, film, video, komputer, dan sebagainya. (Ibrahim, 2000).
Sebelum membahas  tentang kartu pantun akan dijelakan mengenai arti dari permainan itu . John mengatakan “permainan adalah suatu bentuk kegiatan dimana peserta yang terlibat di dalamnya atua pemain-pemainnya bertindak sesuai aturan-aturan yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan”. (1988:107).
Terkadang fungsi media permainan kartu pantun untuk pemahaman atau pembinaan ketrampilan siswa tentang susunan pantun dan cara menyusun pantun.
Dalam suatu permainan kartu pantun acak dibagi pada setiap kelompok dan terjadi kompetisi yang menyenangkan. Terjadi persaingan antar kelompok untuk cepat menyelesaikan tugasnya menyusun pantun secara benar dan tepat.
Kartu pantun merupakan suatu media berupa kalimat yang ditulis pada karton.  Setiap kalimat terdiri dari dua kalimat sampiran dan kartu pantun yang lain terdiri dari dua dua kalimat isi. Adapun peralatan yang digunakan adalah kertas karton putih ukuran 2 cm x 10 cm yang bertuliskan kalimat dan kertas manila lebar untuk menempel kartu pantun
Permainan kartu pantun mempunyai beberapa aturan yang dapat disepakati bersama antara pemain, yaitu :
a.         Kelas sejumlah 40 siswa dibagi menjadi 8 kelompok sehingga masing-masing kelompok terdiri 5 siswa.  Dalam satu kelompok tersebut mendapatkan peralatan sama yairu berupa  5 pantun atau 20 kalimat acak
b.        Selain menyusun kalimat menjadi pantun yang benar, setiap kelompok harus mengetahui jenis pantun apakah yang disusun tersebut.
c.         Kecepatan menyusun ditentukan oleh siswa dan guru.
d.        Kelompok dinyatakan menang apabila kriteria berupa ketepatan menyusun kalimat telah benar, ketelitian mengelompokkan pantun berdasarkan jenisnya juga benar dan kecepatan menyusun.  Apabila kriteria tersebut sudah didapat kemudian dijumlah  dan kelompokyang mendapat nilai tertinggi yang dinyatakan menang.
METODE
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi secara lengkap tentang kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 21 Malang dalam menulis pantun sesuai dengan syarat-syarat pantun. Untuk itu penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (class room action research). Penelitian Tindakan Kelas yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai “aksi”  atau tindakan yang dilakukan oleh guru/pelaku, mulai dari perencanaan sampai dengan penilaian  terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar untuk memperbaiki  kondisi pembelajaran yang dilakukan  (Basuki, 2004).
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan tes.   Observasi ditunjukkan kepada siswa digunakan untuk mengamati siswa selama proses belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan metode ceramah pada siklus I dan model pembelajaran dengan metode permainan dengan media kartu pantun.Tes ditujukan pada siswa digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam menerima pelajaran yang disampaikan melalui ceramah, diskusi maupun dengan menggunakan permainan kartu pantun.  Bentuk soal berupa tes subyektif  buatan guru. Sedangkan wawancara  ditujukan kepada siswa untuk mengetahui tanggapan siswa tentang  materi membuat pantun.
Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini maka diperlukan suatu instrument. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan  lembar tes buatan guru. Sesuai pendapat pendapat Arikunto (2002) pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati..
Untuk keperluan tes, penelitian ini menggunakan instrumen panduan tes, instrumen tes memuat sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk mendapatkan informasi dari responden. Prosedur tesnya adalah peneliti memberikan tes kepada siswa sesudah pembelajaran selesai. Tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyusun pantun dengan menggunakan metode permainan dengan media kartu permainan.
Analisis data dilakukan dengan metode analisis deskriptif kualitatif  yaitu analisis  yang disajikan dalam bentuk kata-kata atau kualitatif (Arikunto, 2003). Sedangkan menurut (Agung, 2004) analisis data dilakukan dengan menyeleksi dan mengelompokkan data, memaparkan atau mendiskripsikan data dalam bentuk narasi, tabel dan  atau grafik, serta menyimpulkan dalam bentuk pernyataan. Berdasarkan hasil analisis dilakukan refleksi, yaitu renungan, atau mengingat kembali apa yang sudah berhasil dikerjakan, mengapa berhasil.  Berdasarkan hasil refleksi, guru melakukan perencanaan tindak lanjut, yang dapat berupa revisi dari rencana lama atau baru.
Dalam menentukan keberhasilan sebuah peneliatian perlu adanya tolak ukur. Tolak ukur keberhasilan dalam penelitian ini berasal dari skor yang diperoleh siswa bisa ditafsirkan tentang  kriteria perorangan dan  kriteria klasikal.Seorang siswa dikatakan berhasil (tuntas) jika telah mencapai taraf penguasaan minimum 75%, siswa yang taraf penguasaan kurang dari 75 % diberikan perbaikan.Secara klasikal dikatakan telah berhasil jika paling sedikit 75 % dari jumlah dalam kelompok atau jumlah siswa dalam satu kelas telah mencapai ketentuan perorangan.

HASIL PENELITIAN
Tahap Awal Penelitian
Tahap awal penelitian ini adalah peneliti mengadakan studi pendahuluan dengan melakukan observasi dan pre tes terhadap kelas VIIF.  Pre tes dilakukan untuk mengetahui kondisi siswa kelas VIIF.  Dari hasil observasi  dan tes ditemukan permasalahan berupa minat menulis khususnya membuat pantun pada siswa kelas VIIF sangat rendah dan materi menulis pantun merupakan materi yang kurang diminati dan terasa membosankan. Metode pembelajaran menulis yang selama ini diajarkan rata-rata masih pada metode yang telah ada yaitu metode klasikal, dengan pemberian tugas atau dengan metode diskusi.  Oleh karena itu dari hasil yang ada saat ini masih dirasakan pembelajaran bahasa kurang diminati oleh para siswa hal ini tampak pada hasil pre tes siswa kelas VIIF hasilnya kurang memuaskan yaitu rata-rata nilai adalah 59,67.  
Berdasarkan hasil pra tindakan diperoleh hasil bahwa nilai rata-rata adalah 59,67 maka perlu diadakan  penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan materi bahasa khususnya kemampuan menulis pantun sesuai dengan syarat-syarat pantun pada siswa kelas VII SMP Negeri 21 Malang .
Tahap Pelaksanaan Siklus I
Gambaran umum tentang proses pembelajaran  dan situasi kelas selama  pembelajaran untuk pertemuan pertama adalah sebagai berikut, pada kegiatan awal pendahuluan guru  memberikan apersepsi mengenai pantun.  Pada saat  memberikan materi tampak beberapa siswa antusias,  akan tetapi terdapat siswa yang masih ramai dan kurang  antusias. Guru menjelaskan dan menyampaikan materi dengan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan metode permainan.  Guru membentuk menjadi delapan kelompok setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa. 
Pada saat ini guru memperhatikan siswa yang berkelompok menyusun pantun sesuai dengan pasangannya. Penyajian materi pada siklus ini adalah guru memasang 4 kalimat di papan tulis dengan ukuran 7 cm x 100 cm.  Setelah itu setiap kelompok  wajib menyusun pantun di papan tulis dengan menggunakan media kartu pantun. Dari hasil kegiatan ini siswa dapat mengetahui ciri-ciri dan syarat-syarat pantun. Guru mengacak 4 kalimat, siswa dipancing untuk menyusun sesuai dengan susunan yang benar guru memasang 4 kalimat secara acak, guru menunjuk siswa untuk maju menyusun 4 baris kalimat pantun.  Siswa menyimpulkan materi tentang isi pantun dan ciri-ciri pantun.  Dari hasil kegiatan ini siswa dapat menyusun pantun sesuai dengan syarat-syarat pantun.
Pada kegiatan akhir guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi tentang isi pantun dan ciri-ciri pantun. Guru menutup pelajaran dengan memberikan tugas pada tiap kelompok menyusun pantun dengan benar.
Pada pertemuan kedua diperoleh gambaran bahwa siswa lebih serius mengerjakan tugas untuk menulis pantun. Tampak bermacam-macam prilaku siswa ketika mengikuti pelajaran. Siswa berdiskusi untuk menyusun kartu pantun pantun sehingga menjadi benar. Siswa  yang lebih dahulu menyusun secara benar mendapat nilai yang bagus.  Guru menyediakan lembar kerja kelompok, dan tiap kelompok  mengerjakan tugas dari guru dengan melihat kartu pantun sampiran di papan tulis dan tiap kelompok mengisi lembar kerja berupa pantun acak dan tiap kelompok memasangkannya. Pada kegiatan akhir sisiswa menyimpulkan materi dengan me-nyimpulkan syarat-syarat pantun. Sebagai pos tes guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat empat pantun sederhana.
Setelah dilakukan observasi yaitu pengamatan selama proses belajar mengajar  yang dilakukan di dalam kelas maka pada penilaian proses kegiatan individu ini nilai keberhasilan dalam menyusun pantun maka hasilnya dapat diperoleh sebagai berikut:
(1)     kriteria keselarasan rima yang yang mendapat nilai  baik yaitu antara 70-89 sebanyak 14siswa. Untuk pantun dengan nilai antara 50-69 dengan keterangan cukup sebanyak 24 siswa.  Sedangkan untuk pantun dengan nilai  kurang dari 49 dengan keterangan kurang sebanyak 4 orang siswa.
(2)     kriteria menyelesaikan tugas siswa yang mendapat nilai antara 70-80 dengan keterangan baik sebanyak 17 orang.  Sedangkan untuk nilai antara 50- 69 dengan keterangan cukup sebanyak 22 siswa. Sedangkan 3 siswa yang mendapat nilai kurang untuk kriteria intonasi yang baik.
(3)     untuk kriteria keberanian sebanyak 13 siswa mendapat nilai antara 70 – 89 dengan keterangan baik.  Untuk nilai antara 50 – 69 sebanyak 24 orang siswa  dengan keterangan cukup.  Sedangkan siswa yang mendapat nilai kurang sebanyak 5 orang siswa yaitu kurang dari 49.
Berdasarkan informasi di atas maka  jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan masih 13 orang atau 38 %, sedangkan siswa yang masih belum tuntas dan masih memerlukan  peningkatan sebanyak 21 orang atau 62%.
Tahap Pelaksanaan Siklus II
Gambaran jalannya proses pembelajaran dan situasi kelas selama proses pembelajaran berlangsung adalah pada kegiatan awal guru atau apersepsi guru dengan bertanya jawab sehubungan dengan pantun. Guru kemudian menyampaikan materi membuat pantun dengan membacakan salah satu pantun jenaka.  Pada kegiatan inti siswa membentuk kelompok seperti pada siklus I. Guru memberi kartu kosong kepada setiap kelompok. Setiap kelompok  wajib membuat pantun dalam kartu pantun. Setiap kelompok membuat bentuk-bentuk pantun yaitu pantun nasehat pantun agama, pantun jenaka dan pantun teka teki. Antara sampiran dan isi dipisahkan. Setelah kartu pantun jadi setiap hasil kartu ditukar kepada kelompok lain dan kelompok lain wajib menyusun antara isi dan sampiran.  Setiap kelompok mempresentasikan hasil susunan kartu pantun dan kelompok lain memperhatikan dan mengecek hasil susunan tersebut.
Pada saat siswa sedang membuat kartu pantun sendiri dalam kelompoknya, mereka bekerja dengan tekun dan serius. Pantun dibuat dengan cara berpasangan dengan teman yang sebangkunya dan diperagakan di depan kelas. Pasangan yang bagus dalam membacakan pantun akan mendapat poin.
Ketika memperagakan pembacaan pantun dengan berpasang-pasangan, siswa lain yang tidak mendapatkan giliran menyimak teman yang sedang  membacakan pantun secara berpasangan.  Setiap pasangan dalam satu bangku bergantian membacakan pantun. Penilaian secara individu, dan bagi pasangan yang bagus membacakan pantunnya akan mendapat hadiah. Setelah siswa membuat kartu pantun secara berkelompok, kemudian memperagakan secara berpasangan suasana lebih hidup dalam proses belajar mengajar. Pada kegiatan akhir guru memberi pos tes untuk melihat kemampuan siswa dalam membuat pantun.
Hasil  observasi pada siklus II  dengan skala proses didapat hasil  untuk kriteria keselarasan rima yang yang mendapat nilai cukup antara 50-69 sebanyak 2 siswa dan yang mendapat nilai sangat baik antara 90-100 sebanyak 19, sedangkan  untuk nilai antara antara 70-89 sebanyak 21 siswa.  Sedangkan untuk kriteria ketepatan jumlah suku kata siswa yang mendapat nilai antara 70-80 dengan keterangan baik sebanyak 18 orang.  Sedangkan untuk nilai antara 50- 69 dengan keterangan cukup sebanyak 24 siswa. Pada kriteria kesesuaian isi dansampiran sebanyak 12 siswa mendapat nilai antara 70 – 89 dengan keterangan baik.  Untuk nilai antara 50 – 69 sebanyak 30 orang siswa  dengan keterangan cukup.
Berdasarkan data yang d iperoleh dapat diketahui bahwa persentase keberhasilan kegiatan belajar membuat pantun dengan kartu permainan cukup berhasil karena tidak ada kelompok yang mendapat nilai kurang yaitu 40 (kategori D) lebih rendah dari persentase keberhasilan yang ditentukan yaitu 50% atau kategori C (cukup).
PEMBAHASAN
Penerapaan permainan kartu pantun dapat meningkatkan aktivitas siswa siswa tidak hanya dari segi kognitif saja akan tetapi psikomotor juga digerakkan. Siswa lebih aktif karena proses belajar mengajar terasa menyenangkan dan tidak membosankan karena berbentuk permainan.  Permainan kartu  kalimat bisa  disajikan secara berulang-ulang karena  media ini selain mudah dibuat baik oleh siswa sendiri juga  bisa digunakan dalam waktu cukup lama.   Aspek psikomotor yang dimaksud  juga lebih diaktifkan karena siswa  bergerak dengan menggunakan  kaki dan tangan untuk berjalan atau berlari pada saat menuju papan  tulis.  Demikian juga dengan tangan bergerak untuk menyusun pantun. Dengan penerapan aspek-aspek tersebut aktivitas siswa lebih meningkat tidak hanya diam dan mendengarkan saja tetapi juga berjalan, berlari, bergerak menyusun dan juga berbicara pada  saat berbalas pantun.
Hasil pengamatan dan observasi menunjukkan kreativitas jalannya pembelajaran lebih berhasil dengan dibebaskannya anak-anak memilih nama kelompok mereka sesuai dengan keinginan kelompok.  Siswa diberi penghargaan dengan nama yang cukup memberi kebanggaan. Demikian juga dengan hasil diskusi lebih kreatif dalam mengemukakan pendapat dan sanggahan maupun tambahan materi. Anak-anak juga berkreasi dengan membuat pantun anak-anak yang lucu dan jenaka.  Berdasarkan hasil  metode pengumpulan data  dari  wawancara dapat diketahui bahwa kreativitas siswa benar-benar meningkat karena dari hasil wawancara siswa banyak yang belum mengerti dan belum pernah mengadakan permainan dengan permainan kartu pantun.
Peran guru dalam proses pembelajaran sebelumnya masih dominan sebagai  nara sumber.  Guru masih merupakan  faktor penentu dari materi pembelajaran.  Dalam proses pembelajaran dengan permainan kartu pantun peran guru merupakan fasilitator. Tugas guru hanyalah mengamati atau mengobservasi, menilai dan menunjukkan hal-hal yang perlu dilakukan siswa (Punadji, 2004:5). Guru memberi arahan dan bimbingan sedangkan siswa  lebih berperan aktif .  Penggunaan media seperti dalam teori  sangat membantu dalam proses pembelajaran.  Media pembelajaran kartu pantun sangat membantu dalam proses komunikasi, hal ini sesuai dengan media adalah sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) ke penerima (siswa). Kartu pantun atau pantun ini sangat membantu guru dalam memberikan pemahaman dan pengertian tentang  jenis dan macam pantun. Oleh karena itu  peran guru  sebagai fasilitator  dan mediator sedangkan siswa menemukan sendiri pemahaman tentang pantun dengan  cara penerapan permainan kartu pantun atau pantun.
Suasana kelas dalam proses pembelajaran dengan metode permainan kartu pantun  lebih berhasil daripada dengan menggunakan metode klasikal.  Siswa yang kurang, akan berani untuk menyatakan pendapat dengan mengacungkan tangan.  Sedangkan siswa yang pintar akan memberikan dorongan kepada temannya yang kurang. Suasana pembelajaran menyenangkan tampak dari wajah-wajah siswa yang bersemangat dalam permainan kartu pantun ini. Komunikasi siswa tidak terasa kaku karena setiap siswa berani membuat dan berkreasi membuat pantun.  Siswa tampak menikmati  jalannya pembelajaran dengan metode permainan kartu kalikmat.  Suasana kelas lebih hidup, menyenangkan  dan siswa lebih  menikmati jalannya pelajaran.  Hal ini diketahui  bahwa hasil observasi yang ditunjukkan kepada siswa digunakan untuk mengamati siswa selama proses belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan metode ceramah pada siklus I dan model pembelajaran dengan metode permainan dengan media kartu pantun.
Analisis prestasi belajar menyusun pantun dapat  meningkatkan  prestasi belajar menyusun pantun pada siswa kelas VII SMP Negeri 21 Malang setelah diterapkan permainan kartu pantun prestasi belajarnya cukup bagus hal ini terlihat dari hasil pengumpulan data yaitu berupa tes yang ditujukan pada siswa untuk mengukur keberhasilan siswa dalam menerima pelajaran yang disampaikan baik melalui ceramah pada pra tindakan maupun dengan menggunakan permainan kartu pantun pada saat tindakan.  Bentuk soal berupa tes subyektif buatan guru.  Hasil dari penelitian berupa tes terbagi menjadi nilai prestasi secara kelompok maupun secara individu.  Pada siklus I secara kelompok  masih terdapat nilai yang kurang yaitu satu kelompok, sedangkan pada siklus II  meningkat  karena tidak ada kelompok yang mendapat nilai kurang dari D.   Pada  nilai  prestasi secara individu  untuk untuk pra tindakan adalah nilai rata-rata  48.7 meningkat pada siklus I nilai rata-rata menjadi 62.2  dan  pada saat siklus II nilai rata-rata 78.3.  Nilai siklus I nilai ketuntasan masih sangat kecil yaitu 33,33% kemudian pada siklus II meningkat menjadi 83,33%, sehingga terjadi peningkatan sebesar 50 %.
Untuk hipotesis yang menyatakan prestasi belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia kompetensi dasar menulis pantun pada  siswa kelas VII SMP Negeri 21 Malang dapat meningkat dengan menggunakan permainan kartu pantun dapat diterima.
Berdasarkan  hasil tindakan  maka  hipotesis tindakan pada  penelitian ini prestasi belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia kompetensi dasar menulis pantun sesuai dengan syarat-syarat pantun pada siswa kelas VII SMP Negeri 21 Malangdapat meningkat dengan menggunakan permainan kartu pantun dapat diterima karena terjadi peningkatan ketuntasan baik secara perseorangan maupun secara klasikal. 
SIMPULAN
   Berdasarkan  hasil tindakan  maka  hipotesis tindakan pada  penelitian ini prestasi belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia kompetensi dasar menulis pantun pada  siswa kelas VII SMP Negeri 21 Malang.dapat meningkat dengan menggunakan permainan kartu pantun dapat diterima.  Hal ini terbukti telah terjadi peningkatan pada siklus I dengan nilai rata-rata 64,07 dan meningkat pada siklus II rata-rata nilai 78,98  dan telah  memenuhi kriteria ketuntasan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan maupun dari tujuan penelitian untuk memperoleh deskripsi tentang kemampuan menyusun pantun dengan permainan kartu pantun siswa kelas VII SMP Negeri 21 Malang dapat disimpulkan bahwa penerapan permainan kartu pantun  dapat meningkatkan prestasi belajar menyusun pantun siswa kelas VII SMP Negeri 21 Malang.
Dampak penggunaan permainan kartu pantun untuk menyusun pantun dilihat dari aktivitas, kreativitas, peran guru dan suasana pembelajaran siswa kelas VII SMP Negeri 21 Malang, aktivitas semakin meningkat siswa lebih aktif. Dalam proses pembelajaran dengan permainan kartu pantun peran guru merupakan fasilitator. Suasana kelas selama proses pembelajaran lebih menyenangkan, lebih hidup, dan siswa lebih  menikmati jalannya pelajaran.
Hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan permainan kartu pantun dapat meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia pokok  bahasan  membuat pantun siswa kelas VII SMP Negeri 21 Malangsudah terbukti.   Terdapat peningkatan prestasi belajar menyusun pantun pada siswa kelas VII SMP Negeri 21 Malang setelah diterapkan permainan kartu pantun pada pra tindakan nilai rata-rata adalah 59,67  meningkat pada  siklus I menjadi 64,07 dan meningkat  lagi pada siklus II menjadi  78,98.
Berdasarkan hasil kesimpuan di atas, maka ada beberapa saran yang perlu dikemukakan antara lain: (1) bagi guru, dalam proses belajar mengajar hendaknya guru meningkatkan teknik pengajaran bahasa Indonesia terutama pada materi pantun, (2) bagi sekolah khususnya SMP Negeri 21 Malang, penelitian ini semoga menjadi sumbangan pemikiran dalam rangka pembinaan keterampilan berbahasa Indonesia di sekolah, dan (3) bagi penelitian berikutnya, agar lebih bisa mengembangkan metode pembelajaran yang lebih kreatif untuk penelitian lain khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia maupun mata pelajaran lainnya.

DAFTAR  RUJUKAN


Agung, Yudha Anggana.  2004.Penelitian Tindakan Kelas. Bintek Pembelajaran Inovatif, Dinas Pendidikan Propinsi IV, Depdikbud Propinsi Jawa Timur.
Arikunto, Suharsimi. 2002.Prosedur Penelitian., Edisi Revisi V. Penerbit Rineka  Cipta:  Jakarta
Hidayat, Syamsul.  2004. Bunga Rampai Peribahasa dan Pantun.Penerbit Apollo,  Surabaya
 Ibrahim dkk,  2001 Media Pembelajaran ,  Malang: Departemen Pendidikan Nasional, Universitas Negeri Malang, FIP.
Latuheru, John. 1988. Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta: Depdikbud-Dikjen Dikti.
Universitas Negeri Malang, 2003,  Pedoman  Penulisan Karya Ilmiah, Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian, BAAPSI, Universitas Negeri Malang.
Wibawa, Basuki, 2004,  Penelitian Tindakan Kelas,  Departemen Pendidikan Nasional.
Zuhdi, Dimyati, 1996, Media dan Metode Pembelajaran Bahasa, IKIP Malang